Menjalin hubungan yang sudah bertahun-tahun terkadang membuatku bimbang. Apalagi orang tuaku selalu menanyakan kapan aku akan memasuki jenjang pernikahan, kapan kamu akan melamarku dan mendatangi orang tuaku untuk membicarakan tentang pernikahan ktia? Kapan kamu akan berhenti bilang sabar kepadaku? Aku bisa saja jenuh, apalagi mereka (orang tuaku) selalu memaksaku untuk segera menikah, karena umurku juga akan terus berjalan dan mulai semakin dewasa, mereka khawatir hal-hal buruk akan terjadi jika diusia seperti ini aku masih belum menikah.
Aku Rela Menunggumu Sampai Sekarang Ini, Bahkan Ketika Kamu Bilang ‘Aku Belum Siap’.
Aku tidak pernah memberatkanmu dengan pertanyaan “kapan”, aku selama ini selalu setia bersamamu, walaupun kisah cinta kita juga tidak jarang dipenuhi dengan berbagai cerita pertengkaran. Kita sama-sama menurunkan ego dan berusaha untuk menjadi dewasa dalam menyikapi segala masalah yang ada. Karena hubungan yang kita jalin benar-benar tulus dan kita sama-sama saling mencintai. Apalagi dalam hatiku sudah sangat yakin bahwa kamulah pilihan terakhir dalam hidupku. Kamulah yang akan mengisi ruang kosong di hatiku.
Terimakasih, Karena Kamu Mau Dekat Dengan Keluargaku dan Juga Mengenalkanku Pada Keluargamu.
Salah satu hal yang membuat aku yakin kepadamu adalah kamu tak lagi sungkan dan malu-malu untuk memperkenalkan diri dan berusaha mendekati orang tuaku. Kamu selalu meminta ijin kepada beliau kemanapun kamu akan membawaku pergi dan kembali mengantarku pulang tepat waktu. Kamu juga membuka pintu selebar-lebarnya untukku mengenal keluargamu, mendekati adik dan kakakmu, yang juga mulai kuanggap sebagai keluargaku sekarang ini.
Terimakasih Juga, Kau Mengajariku Menjadi Dewasa, Melindungiku, Menjagaku, dan Menerima Kurang dan Lebihku.
Kamu tak pernah absen menjemputku pulang dan pergi kerja. Kamu mengajariku untuk selalu berhemat dan tetap memanjakanku dengan sikap dewasamu. Kamu juga selalu melindungi dan menjagaku sehingga aku selalu merasa aman dan nyaman ketika berada disampingmu. Kamu juga selalu membuatku tenang saat aku bersikap memalukan, kamu jarang mengeluh dengan sifat kekanakanku dan mendukung serta memberikan pujian atas keberhasilan yang aku dapatkan. Semua perasaan ini tentulah membuat aku mantap dan yakin kamulah pilihan terakhirku dan orang yang tepat untuk menjadi teman hidupku.
Tapi Waktu Terus Berjalan, Dan Terkadang Aku Semakin Merasa Absurd Dengan Masa Depan Kita.
Aku tahu kamu ingin membahagiakanku sepenuh hati. Kamu tidak ingin membuatku bersusah-susah saat kita sudah tinggal bersama. Kamu juga ingin membuktikan kepada orang tuaku bahwa kamu layak menjadi pendamping hidupku. Namun kamu juga harus ingat bahwa waktu akan terus berjalan dan semuanya akan semakin tua dan usang. Jika kamu tak segera melamarku dan terus berpikir untuk mencari materi juga selalu mengatakan belum siap, maka masa depan yang aku idam-idamkan pun terlihat absurd (tidak jelas). Kamu semakin jauh dari pandanganku.
Seperti yang Kamu Bilang “Mari Bangun Bersama” Atau Hentikan Saja Hubungan Ini Jika Tanpa Kepastian.
Orang tuaku juga sudah mengeluh tentang usiaku yang terus bertambah, sedangkan kamu masih saja ragu dan bimbang dengan keputusanmu untuk lebih serius denganku. Padahal kamu bilang sendiri bahwa kita harus saling bantu-membantu dalam hubungan ini. Maka untuk masa depan kita, pernikahan kita, itu yang akan kita usahakan bersama. Tapi jika kamu terus menjawab belum siap, maka aku rasa lebih baik hentikan hubungan ini. Aku rela menunggumu berapapun itu, tapi menunggu tanpa kepastian itu menyakitkan.
http://duapah.com/